Senin, 25 Juli 2011

Rasanya baru saja kemarin berkerudung merah di ma'had gara - gara kabur tak kuasa menahan nafsu ingin pulang ke rumah, tidak jera usaha kabur masih dilakukan sampai akhir tahun ajaran untung saja hanya ketauan satu kali. Akhir tahun ajaran SMP masa - masa galau akan melanjutkan SMA dimana? awalnya ingin sekali merasakan belajar di sekolah negeri. Tapi urung karena saat itu terjadi isu miring tentang keberadaan siswa SMA negeri favorit di kota ini, padahal segala sesuatu tergantung pada pribadi masing - masing individu. Segala Puji bagi Sang Pencipta, di tahun terakhir masa - masa SMP nilaiku semakin membaik bahkan derastis meningkat hingga mendapatkan jatah mengirimkan formulir ke salah satu SMA milik BJ. Habibie untuk di seleksi, sudah mendapat jatah mana mungkin tidak ada harapan. Sedang sibuknya melengkapi segala persyaratan yang harus diajukan, entah datang darimana rujukan sekolah di SMA Al Muttaqin, dari teman?orang tua?diri sendiri? tidak tau. Entahlah ini sedang lupa atau apa.
Dengan niat sepenuh hati, hari itu hari Jum'at (hari libur di Ma'had) aku masih ingat waktu itu aku mengenakan baju berwarna pink kotak-kotak senada dengan kerudung dan roknya, dan temanku mengenakan kaos pink -biru padu padan nan cerah, secerah mentari kala itu. Kami berdua pergi menggunakan angkutan umum, dan ini kali pertama aku naik angkutan ciamisan, aku baru tahu di angkutan ini ada kursi yang sengaja dibuat di depan kursi tengah, supaya bisa mengangkut penumpang lebih banyak.
Kami berhenti di sebrang SMA Al Muttaqin, kebetulan ada wartel disana karena memang kami tidak diperbolehkan membawa alat telekomunikasi jadi wartel kami jajal untuk menelpon kepada orang tua, bilang bahwa kami sedang berada di SMA Al Muttaqin. Canggung tentu saja merasuk pada perasaan kami saat menginjakan kaki di gerbang sekolah, suasana yang sangat ramai para siswa sedang beristirahat rupanya. Jum'at yang mulia itu kami di sambut kaka kelas yang mempersilahkan kami menuju ruang Penerimaan Siswa Baru, selang beberapa detik datang se sosok perempuan nan anggun menghampiri lalu duduk dan menjelaskan dengan tenang beberapa jalur untuk mengikuti testing disana. Segala puji bagiNya, kami mendapatkan kesempatan test tanpa test tulis, suatu kemudahan yang kami terima dengan senang hati. Diana, nama yang perempuan anggun tulis di kuitansi yang hendak aku simpan sampai saat ini.
Seminggu berlalu, tibalah saatnya test di SMA Al Muttaqin, kala itu aku mengenakan kaos orange dengan rok putih, tanpa test tulis maka langsung lah kami mendapat nomor giliran untuk wawancara, guru cantik berjilbab lebar warna gelap itu menyambut kami gelagapan karena meja penerimaan belum disiapkan sedangkan kami sudah mulai berdatangan, tenanglah ibu tidak ada yang berani memarahi orang secantik ibu. Sayangnya kami mendapat nomor yang lumayan bontot, akhirnya kami berdua pergi ke rumah neneku untuk mengisi perut kosong.
Setelah sholat dzuhur kami kembali menuju SMA Al Muttaqin, dibekali satu plastik pisang goreng dan bala - bala. Tanpa ragu kami memasuki ruang psikotest, aku ingat pesan ibuku "jangan tegang ya kak, santai aja!", alhasil memang tidak tegang hanya ada sedikit kesalahan saat menjawab tapi over all di ruangan itu lancar, selanjutnya menuju ruangan wawancara bahasa Inggris, saat masuk kulihat guru bahasa dengan wajah yang familier, ah ya mirip Julie Estelle. Lumayan deg - degan di tambah aku yang keliru menjawab, ah dasar!. Lalu terakhir ke ruangan Test baca tulis Al Qur'an dan Bahasa Arab, yang pertama ku hampiri adalah guru yang menguji Bahasa Arab, untuk urusan yang satu ini tidak ada kendala santai aja kaya di pantai, lalu menuju penguji Qur'an, awalnya lancar tapi ujungnya penguji mengajak berdiskusi dan sayangnya sedikit membuatku kesal, aneh sekali pendapatku semuanya dipotong seolah harus mengikuti pendapatnya. ah entahlah mungkin saat itu egoku masih menggebu - gebu tidak mau di elak namanya juga anak baru gede. Selesailah test hari itu hanya tinggal pengumuman lulus atau tidaknya.
Selang beberapa hari ibu datang ke ma'had membawa kabar baik bahwa aku lulus di terima di SMA Al Muttaqin, tapi pengumuman bisa atau tidaknya aku ikut tes di sekolah milik BJ Habibie itu belum di umumkan, tentu masih menyimpan harapan bisa diterima di sekolah itu namun ketika itu pembayaran ke SMA Al Muttaqin akan naik angkanya jika tidak dibayar hingga masa tenggangnya. Subhanalloh, bingung sekali saat itu bahkan banyak temanku yang mengajaku untuk tetap sekolah melanjutkan di Ma'had. Hingga akhirnya aku melaksanakan sholat istikhoroh sebelum tidur, dan hasilnya aku yakin untuk bersekolah di SMA Al Muttaqin, tidak salah pilih karena memang aku gagal seleksi di sekolah yang aku harapkan, bagaimana tidak gagal temanku yang luar biasa pintar saja tidak masuk seleksi apalagi aku?.

Liburan yang lama terlewati, dengan hari terakhir liburan aku diantar ayahku ke sekolah baruku SMA Al Muttaqin untuk di ukur baju seragam. Dan besoknya tibalah hari Masa Orientasi Siswa, seluruh siswa baru mengenakan pakaian SMP nya, dan hari ketiga di ganti dengan baju putih hitam untuk semua peserta (dari awal aku telah mengenakannya karena seragan SMP ku memang begitu), topi petani yang dibuat sendiri lalu name tage lalu seabreg tugas lain dengan nama yang aneh luar biasa. Aku memang tidak menyukai masa - masa MOS, repot sekali membawa segala barang yang tidak diinginkan, tapi disanalah awal mula pembentukan karakter untuk siapa saja yang mengikutinya. oh ya aku disana bersama  tiga teman SMP ku, tidak termasuk teman yang tes bersamaku karena ia memutuskan sekolah di SMA Negeri dekat rumahku. Aku berdua dengan sahabatku sudah bandel tidak mau ikut kemping, selain karena sedang ada tamu spesial untuk kaum hawa aku dan sahabatku itu baru beberapa bulan sebelumnya kemping ke daerah yang sulit air, masih trauma kemping sepertinya.

Hari pertama masuk sekolah, kami berdua tbelum mengenakan seragam putih abu selama seminggu, malangnya nasib kami tidak juga dipanggil mendapatkan baju baru, sudah iri melihat teman lain dipanggil ke ruang koprasi dibagikan baju, semakin hari semakin berkurang yang mengenakan baju putih hitam, rasanya sudah mulai tidak percaya diri. Hingga kami memutuskan membeli rok pada hari minggu, jadi bisa di tebak tentulah tidak di cuci dulu, langsung dipakai ketika hari seninnya dengan baju keatasan putih bekas SMP. beberapa hari kemudian kami dipanggil ke koprasi akhirnya yang ditunggu - tunggu itu tiba, tapi lagi - lagi sayang seribu sayang baju yang diberikan koperasi kedodoran, roknya panjang dan lebar, bajunya pendek dan lebar, aduh kenapa ini? sudahlah tukang jait banyak, rok di permak tapi baju? sudah pendek tidak mungkin di panjangkan. Untunglah, ibu memang baik hati membelikan kembali baju sekolah dengan ukuran yang cuco buat putrinya. Beruntung sekali, saat kelas sepuluh aku diberi kesempatan ikut berkecimplung di dunia organisasi tepatnya di Majelis Permusyawaratan Kelas sebagai Komisi B, pengalaman organisasi yang sangat menyenangkan dan penuh kekeluargaan di tambah lagi berbagai pengalaman ikut membantu kegiatan yang diselenggarakan OSIS. Saat itu juga aku ikut ekstrakulikuler KIR yang membuatku lebih rajin menulis dengan pembimbing dan para kakak kelas yang banyak membantu, tidak bosannya memuji tulisan yang aku buat padahal biasa - biasa saja tulisanku, tapi itu semua yang membuatku lebih senang menulis. Dari kelas sepuluh sulit sekali buatku untuk belajar fisika dan matematika juga kimia, tapi saat kelas sebelas aku memasuki kelas IPA, tenanglah semua bisa dipelajari.
Kelas sebelas yang menyenangkan meski tetap saja sulit mempelajari ketiga pelajaran itu, tenanglah manusia memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. meski tau kah anda? cita - citaku ingin menjadi dokter tapi setelah di kaji ulang di pikirkan kembali aku tidak mau jadi dokter, tidak usah disebutkan alasannya selain aku tidak suka pelajaran MaFiKi. Saat kelas sebelas aku mendapat kepercayaan menjadi Menteri Keuangan OSIS, jadi ingat ketika SMP aku sempat ingin menjadi Menteri Keuangan seperti Sri Mulyani Indrawati. Lagi - lagi menyebalkan, ada MOS masuk jurusan IPA, huh apa - apaan ini? setiap kelompok disuruh membawa makanan dan kelompoku harus membawa makanan terbuat dari buah - buahan. Mau tau apa yang aku lakukan? tanpa pikir panjang, sepulang sekolah menuju tukang sop buah membelinya lalu memindahkannya ke tempat yang berbeda dan tanpa ragu diberikan pada kakak kelas yang menyuruhnya. Ternyata eh ternyata makanan itu dinilai oleh guru, slah satu guru menegurku "apa itu sop buah beli!", yaaah memang iya mau di apakan lagi? yang penting mengumpulkan, selesai urusan itu. kelas sebelas terlewati sangat mengesankan, luar biasa tidak ada duanya. Waktu itu juga aku ikut club bahasa inggris, masih ingat ketika hari pertama guide-nya bilang "anggap saja ini rumah kedua!", dan kami satu regu yang kebetulan dominasi dari Al Muttaqin langsung menyergah "ini rumah ketiga!" sahut kami, "loh kok?" guide itu mengernyit "rumah kedua kita sekolah!" seru kami. Bagaimanapun Al Muttaqin tetap dihati. Di kelas sebelas juga aku mendapatkan rezeki yang luar biasa, Pa Agus guru kimia yang akrab disapa babeh mengajaku berkolaborasi membuat bukunya yang ketiga ber-genre komedi, ini luar biasa buatku karena sebenarnya masih banyak temanku yang lain yang lebih mahir soal menulis, tapi rezeki ga akan kemane - mane baang!, dan lucunya babeh selalu bilang "kamu susah belajar kimia gar, yaudah kamu bisa nulis, nulis ya!" suatu kehormatan bagiku sekaligus kebahagian yang tidak terlupakan, guru ini memang mengerti kekurangan dan kelebihan muridnya.
Tibalah kini di kelas dua belas dengan kebiasaan yang belum bisa dihilangkan yaitu tidak pernah pakai sepatu kecuali olahraga dan ujian didukung sekarang tidak lagi moving class dan tinggal di kelas yang berkarpet sudahlah intinya aku sayang ibu, belajar hemat hanya membeli satu sepatu dalam kurun waktu tiga tahun. Dan saat ini tibalah saatnya menentukan masa depan yang sesungguhnya, jika dulu sering bermimpi ingin menjadi ini menjadi itu, kuliah disini kuliah disana, sekarang sudah di depan mata hanya tinggal beberapa saat lagi, enam, tujuh atau delapan bulan bukan waktu yang lama semuanya akan terasa cepat seperti cahaya. tidak terasa tiga kali puasa tiga kali lebaran akan terlewati. Waktu begitu cepat mengajaku berpindah ke dimensi lain, menuju posisi yang lain dan akan berbeda. Semoga kami di berkahi dan selalu ada dalam ridhoNya. Amiin.
READ MORE -